Sinopsis
Katrangan Candrasangkala. Orang Jawa banyak yang suka menulis sangkalan yang disebut juga pengingat hitungan tahun yang menggunakan kalimat atau unen-unen tanpa menggunakan angka. seperti yang biasanya ditulis pada gapura, kuburan, dan diatas pintu rumah. Seperti meninggalnya Trunajaya, seorang bangsawan dari Madura yang meninggal tahun 1601 yang diberi sengkalan Rupa Sirna Retuning Bumi. Dalam Penulisan Candrasengkala, kata-kata yang digunakan harus dibagi menurut: Guru Dasanama, Guru Sastra, Guru Wanda, Guru Warga, Guru Karya, Guru Sarana, Guru Darwa Dan Guru Jarwa. Dalam serat katrangan candrasangkala dijelaskan bagaimana pembagian Watak Wicalan dari setiap kata. Seperti kata Tunggal yang terdapat pada Watak Satunggal memiliki kata yang hampir sama dengan Awor, siji dan kata Nawa yang terdapat pada Watak Sanga memiliki kata yang hampir sama dengan Sanga dan Nawar. Dalam pembuatan sangkalan juga kita harus mengutamakan benar dalam menggunakan kata yang memiliki Watak Wicalan. Tidak perlu menggunakan kalimat yang aneh-aneh dan bisa menghasilkan kalimat. Dan harus cocok dengan apa yang dicandrasangkalani. Selain sangkalan yang berbentuk tulisan, dalam penulisan sangkalan ada yang berbentuk gambar yang disebut dengan Sangkalan Memet. Sangkalan Memet merupakan jenis sangkalan yang berbentuk gambar seperti yang terdapat pada panggung Sangga Buwana ing Surakarta. Sangkalan yang digambarkan dengan gambar ular yang dinaiki manusia.
Related Sources in Our Collections
----
UGM Research Collections Link
----